Setelah menghubungi temanku untuk mengantar aku ke gunung
Panderman, gunung yang berada di kota Batu yang dijuluki sebagai Kota Wisata di
Jawa Timur dengan ketinggian 2045 mdpl, akhirnya pada hari Minggu tanggal 14
Mei 2015 lah sekitar jam setengah 8 temanku (baca Satria) akan ke kostku untuk
mengantar ke gunung Panderman. Sebelumnya itu, aku diajak temenku pergi ke B29
(gak tau bro, itu Gunung atau Bukit) yang ada pada deretan Gunung Bromo dan
Semeru.
Dari sana katanya terlihat Bromo dan Semeru. Tapi naasnya nggak bisa
ikut karena ada faktor x yang harus kami pikirkan matang-matang. Keesokan
harinya sekitar jam setengah 6 Satria menghubungiku lewat BBM dengan PING!!
Yang merah menyala.. padahal masih mau
tidur dan lagi imsomnia. -_-. Tapi gak papa wes. Semangat. Sekitar jam 8 kami
berangkat dari rumah, menuju sbpu dulu beli bensin dan makan nasi kuning, hehe
dan kami bungkus nasi kuningnya karena gak bisa kami habisin..
Makan nasi kuning
Perjalananpun dimulai sekitar 40an menit sampai. Ternyata
lewat Museum Angkot yang pernah kami masuki dulu.. haha.. setelah beberapa kali
berbelok kamipun sampai pada gerbang gunung Panderman, mohon maaf tidak ada
dokumentasinya, nnati saja saya upload.. melewati tanjakan yang sangat berat
bagi motorku, akhirnya temenku Saldhy harus berjalan, karena motor nggak bisa
nanjak..
Berjalan, karena motor nggak bisa nanjak
Sekitar jam setengah 10 kami sampai di pos pendaftaran.
Biaya pendaftaran pendakian yaitu Rp.3000/orang dan untuk biaya parkir
Rp.5000/motor. Tapi yang harus dibayar pertama kali yaitu biaya pendakian,
karena kami 4 orang, maka 3000 x 4 = Rp.
12.000 dan untuk parkir motor nanti saja saat udah selesai/mau pulang dari
mendaki.
Tempat registrasi
pendakian dan parkir motor
Pendakian pun dimulai dengan tanjakan menuju jalur pendakian
dengan melewati jalan paving. Saat bertemu persimpangan pilihlah jalur ke kanan
dan anda akan melihat tulisan kode etik petualang yang menjadi patokan para
komunitas ,penikmat dan pecinta alam di seluruh dunia. Di sini juga terdapat
sumber air yang begitu segar, tapi sayang saya mencobanya pada saat pulang
saja..
Kode etik pendaki di
Gunung Panderman
Pendakianpun dimulai, sekitar 20 menit kami berjalan teman
kami si x perasaannya tidak enak, dan berhenti sejenak, lalu akhirnya dia
mengerluarkan isi perutnya. Katanya itulah dia kalo capek. Lanjut ceritanya,
kami bertemu beberapa pendaki dan saling menyapa. Kami berhenti untuk istirahat
setiap selesai mendaki tanjakan, maklum pemula.
Lagi istirahat
Sampai di Latar Ombo, tempat istirahat para pendaki gunung
Panderman, di sini juga dapat mendirikan tenda dan merupakan tempat pendirian
tenda yang paling luas yang saya temui di Panderman, untuk istirahat sejenak
sambil menikmati air yang kami beli di toko dan sedikit makanan ringan untuk
mengganjal perut kami.
Latar Ombo
Perjalanan dilanjutkan sekitar 15 menit, lalu Satria
mendapat telepon, katanya dia nggak bisa sampe sore, jadi pendakian hanya sampe
Watu Gede, di sini juga kami sudah mulai melihat monyet dari jarak 5 meter,
baru pertama saya melihat monyet dekat dan tidak terlalu ganas, waktu di Gunung
Bulusarang, Pangkep, Sulsel, saya juga melihat monyet yang lebih besar tapi dia
takut dengan kami para pendaki di Gunung Bulusaraung, kami terus mendaki sampai
Watu Gede dan sampe disana diikuti oleh monyet, kami isirahat sebentar di sana
kemudian memasak makanan mie, dan nasinya kami bawa dari kost ku, untuk
mempersingkat waktu memasak..
sambil masak diliatin oleh monyet
yang ingin mengambil barang-barang kami, beberapa kali kami mengejar monyet itu
karena mendekat ke barang-barang yang kami bawa. Hahaha.
Monyet yang mengintai kami
Selesai makan, kami pun berbenah untuk pulang, sekitar jam
setengah 1. Oh iya, sampai di sinipun sinyal HP kartu kami masih banyak, kartu
yang kami pake yaitu kartu dari Telkoms*l. Kami pun turun dengan perlahan kami
bertemu dengan Mapala UB, tapi hanya Satria yang ngomong dgn mereka, hehe.
Sampai pada pos awal atau tempat parkir, kami istirahat sebentar, dan seketika
hujanpun turun dengan derasnya, kuliat ada orang-orang yang juga berteduh
ditempat itu, ada anak-anak SMA dan bapak-bapak dan ibu-ibu, mereka juga ingin
naik. Sambil menunggu hujan turun, kami menikmati cemilan/kue yang dibawa oleh
Satria, kemudian datanglah seorang penjaga di gunung Panderman, aku gak tau
namanya, tapi dia bercerita mengenai kisah hidupnya, mantap ceritanya.. katanya
dia itu sering mendaki di panderman, lalu dia menikahi keluarga dari tempat
yang kami singgahi itu (rumah tempat parkir motor kami dan pengambilan karcis
pendakian). Dia juga bercerita tentang kerjaannya, dan kami juga menceritakan
tentang budaya kami, yaitu mahar untuk menikahi perempuan di Sulawesi Selatan
(doe’ panai’) haha. Rata-rata itu yang kami dengar sebagai pendatang di pulau
jawa, yaitu mahar untuk menikahi seorang gadis dari Sulawesi selatan yang
mahal, begitulah adat, katanya. Hehe, kami pun bercerita tentang pekerjaannya
di bagian pelayaran, dia bekerja freelance dan tidak terikat waktu. Hujan pun
redah, kami pun bersiap-siap berangkat kembali ke rumah/kost kami, kami pun
berangkat pulang. Kami tiba di rumah sekitar pukul setengah 5, dan cuaca yang
sedikit mendung. Sekian cerita kami tentang Pendakian Gunung Panderman,
meskipun nggak nyampe puncak, tapi berkesan pada diri saya. Berbagi
cerita,pengalaman, bertemu orang baru,melihat indahnya Indonesia. Terimakasih,
Salam Lestari.
#bawaturunsampahmu #gunungPanderman
0 komentar:
Posting Komentar