Sabtu, 23 Mei 2015

Pendakian ke Gunung Panderman

Setelah menghubungi temanku untuk mengantar aku ke gunung Panderman, gunung yang berada di kota Batu yang dijuluki sebagai Kota Wisata di Jawa Timur dengan ketinggian 2045 mdpl, akhirnya pada hari Minggu tanggal 14 Mei 2015 lah sekitar jam setengah 8 temanku (baca Satria) akan ke kostku untuk mengantar ke gunung Panderman. Sebelumnya itu, aku diajak temenku pergi ke B29 (gak tau bro, itu Gunung atau Bukit) yang ada pada deretan Gunung Bromo dan Semeru.
Dari sana katanya terlihat Bromo dan Semeru. Tapi naasnya nggak bisa ikut karena ada faktor x yang harus kami pikirkan matang-matang. Keesokan harinya sekitar jam setengah 6 Satria menghubungiku lewat BBM dengan PING!! Yang merah menyala..  padahal masih mau tidur dan lagi imsomnia. -_-. Tapi gak papa wes. Semangat. Sekitar jam 8 kami berangkat dari rumah, menuju sbpu dulu beli bensin dan makan nasi kuning, hehe dan kami bungkus nasi kuningnya karena gak bisa kami habisin..
Makan nasi kuning

Perjalananpun dimulai sekitar 40an menit sampai. Ternyata lewat Museum Angkot yang pernah kami masuki dulu.. haha.. setelah beberapa kali berbelok kamipun sampai pada gerbang gunung Panderman, mohon maaf tidak ada dokumentasinya, nnati saja saya upload.. melewati tanjakan yang sangat berat bagi motorku, akhirnya temenku Saldhy harus berjalan, karena motor nggak bisa nanjak..
Berjalan, karena motor nggak bisa nanjak
Sekitar jam setengah 10 kami sampai di pos pendaftaran. Biaya pendaftaran pendakian yaitu Rp.3000/orang dan untuk biaya parkir Rp.5000/motor. Tapi yang harus dibayar pertama kali yaitu biaya pendakian, karena kami 4 orang, maka 3000 x 4 =  Rp. 12.000 dan untuk parkir motor nanti saja saat udah selesai/mau pulang dari mendaki.

Tempat registrasi pendakian dan parkir motor

Pendakian pun dimulai dengan tanjakan menuju jalur pendakian dengan melewati jalan paving. Saat bertemu persimpangan pilihlah jalur ke kanan dan anda akan melihat tulisan kode etik petualang yang menjadi patokan para komunitas ,penikmat dan pecinta alam di seluruh dunia. Di sini juga terdapat sumber air yang begitu segar, tapi sayang saya mencobanya pada saat pulang saja..


Kode etik pendaki di Gunung Panderman

Pendakianpun dimulai, sekitar 20 menit kami berjalan teman kami si x perasaannya tidak enak, dan berhenti sejenak, lalu akhirnya dia mengerluarkan isi perutnya. Katanya itulah dia kalo capek. Lanjut ceritanya, kami bertemu beberapa pendaki dan saling menyapa. Kami berhenti untuk istirahat setiap selesai mendaki tanjakan, maklum pemula.
Lagi istirahat

Sampai di Latar Ombo, tempat istirahat para pendaki gunung Panderman, di sini juga dapat mendirikan tenda dan merupakan tempat pendirian tenda yang paling luas yang saya temui di Panderman, untuk istirahat sejenak sambil menikmati air yang kami beli di toko dan sedikit makanan ringan untuk mengganjal perut kami.



Latar Ombo

Perjalanan dilanjutkan sekitar 15 menit, lalu Satria mendapat telepon, katanya dia nggak bisa sampe sore, jadi pendakian hanya sampe Watu Gede, di sini juga kami sudah mulai melihat monyet dari jarak 5 meter, baru pertama saya melihat monyet dekat dan tidak terlalu ganas, waktu di Gunung Bulusarang, Pangkep, Sulsel, saya juga melihat monyet yang lebih besar tapi dia takut dengan kami para pendaki di Gunung Bulusaraung, kami terus mendaki sampai Watu Gede dan sampe disana diikuti oleh monyet, kami isirahat sebentar di sana kemudian memasak makanan mie, dan nasinya kami bawa dari kost ku, untuk mempersingkat waktu memasak..

sambil masak diliatin oleh monyet yang ingin mengambil barang-barang kami, beberapa kali kami mengejar monyet itu karena mendekat ke barang-barang yang kami bawa. Hahaha.
Monyet yang mengintai kami

Selesai makan, kami pun berbenah untuk pulang, sekitar jam setengah 1. Oh iya, sampai di sinipun sinyal HP kartu kami masih banyak, kartu yang kami pake yaitu kartu dari Telkoms*l. Kami pun turun dengan perlahan kami bertemu dengan Mapala UB, tapi hanya Satria yang ngomong dgn mereka, hehe. Sampai pada pos awal atau tempat parkir, kami istirahat sebentar, dan seketika hujanpun turun dengan derasnya, kuliat ada orang-orang yang juga berteduh ditempat itu, ada anak-anak SMA dan bapak-bapak dan ibu-ibu, mereka juga ingin naik. Sambil menunggu hujan turun, kami menikmati cemilan/kue yang dibawa oleh Satria, kemudian datanglah seorang penjaga di gunung Panderman, aku gak tau namanya, tapi dia bercerita mengenai kisah hidupnya, mantap ceritanya.. katanya dia itu sering mendaki di panderman, lalu dia menikahi keluarga dari tempat yang kami singgahi itu (rumah tempat parkir motor kami dan pengambilan karcis pendakian). Dia juga bercerita tentang kerjaannya, dan kami juga menceritakan tentang budaya kami, yaitu mahar untuk menikahi perempuan di Sulawesi Selatan (doe’ panai’) haha. Rata-rata itu yang kami dengar sebagai pendatang di pulau jawa, yaitu mahar untuk menikahi seorang gadis dari Sulawesi selatan yang mahal, begitulah adat, katanya. Hehe, kami pun bercerita tentang pekerjaannya di bagian pelayaran, dia bekerja freelance dan tidak terikat waktu. Hujan pun redah, kami pun bersiap-siap berangkat kembali ke rumah/kost kami, kami pun berangkat pulang. Kami tiba di rumah sekitar pukul setengah 5, dan cuaca yang sedikit mendung. Sekian cerita kami tentang Pendakian Gunung Panderman, meskipun nggak nyampe puncak, tapi berkesan pada diri saya. Berbagi cerita,pengalaman, bertemu orang baru,melihat indahnya Indonesia. Terimakasih, Salam Lestari.

#bawaturunsampahmu #gunungPanderman

0 komentar:

Posting Komentar